Jumat, 08 Februari 2008

Sejarah Baru Andalas

PSMS dan Sriwijaya akan berebut sejarah di Liga Indonesia setelah menaklukkan lawan-lawannya di semifinal kemarin (6/2). Armada Ayam Kinantan (julukan PSMS Medan) merebut tiket final setelah mengalahkan Persipura Jayapura dengan skor 5-4 dalam drama adu penalti stelah bermain imbang 0-0 selama 90 menit di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Di laga semifinal jam kedua, Laskar Wong Kito (julukan Sriwijaya FC) juga berhasil membungkam Persija Jakarta 1-0.
Dengan lolosnya PSMS dan Sriwijaya FC ke final, tentu hal ini adalah saat saat yang ditunggu publik Sumatra untuk mengobati rindu akan gelar Juara. Sejak Ligina digulirkan pertengahan 1994, tim-tim Sumatera selalu gagal merebut gelar juara. Tak satu pun gelar mampu mereka usung ke pulau yang juga dikenal dengan sebutan Andalas tersebut. Padahal, sebelumnya di era perserikatan dan Galatama, Sumatera menjadi salah satu barometer kompetisi nasional. Itu ditandai dengan lima gelar perserikatan yang dikoleksi PSMS serta dua gelar juara Galatama milik Krama Yudha Tiga Berlian Palembang. Sejarah yang begitu menyesakkan bagi publik bola Sumatera itu bakal segera sirna. Publik bola Andalas boleh kembali tersenyum. Sebab, gelar juara Ligina akhirnya terbang ke tanah mereka.Bagi PSMS, tampil di final LDI XIII membuka peluang mengakhiri paceklik gelar nasional. Betapa tidak, Ayam Kinantan yang pernah juara sebanyak lima kali di era Perserikatan, yakni pada 1967, 1971, 1975, 1983, dan 1985, sama sekali belum pernah menjadi juara di era Liga Indonesia (Ligina). Prestasi PSMS pun hanya sampai babak delapan besar selama Ligina mulai diputar pada 1995.
Dengan Semangat yang menggelora Legimin Raharjo dkk berhasil mengimbangi permainan Persipura. Bahkan, mereka tak kalah ganas menciptakan gol. Sayang, usaha mereka masih terhalang tembok pertahanan Persipura. Begitu juga dengan Persipura, mereka harus bersusah payah menembus pertahanan PSMS yang kuat. Hingga akhirnya setelah 2 x 45 menit dan waktu tambahan 2 x 15 menit berakhir, tidak ada yang berhasil menjebol gawang lawan mereka. Sehingga, adu penalti harus dilakukan.
Eksekutor PSMS yang sukses menjebol gawang Jendry Pitoy dan menjadi pahlawan atas kemenangan PSMS adalah Legimin Raharjo, James Koko Lomel, Supardi, Rommy Diaz Putra, dan Saktiawan Sinaga. Di kubu Persipura, empat penendang yang sukses adalah Victor Igbonefo, Imanuel Wanggai, Bachtiar, dan Ernest Jeremiah. Sedangkan Ian Louis Kabes dan David Da Rocha berhasil digagalkan oleh Jendry Pitoy.
Tidak hanya pemain PSMS yang berperan atas kemenangan PSMS vs Persipura, namun juga sang pelatih, Freddy Muli, seperti yang dikatakan Randiman Tarigan, manajer PSMS, yang mewakili konferensi pers setelah pertandingan. ”Harus kami akui bahwa Persipura memang tim yang luar biasa. Mereka bermain cepat dan itu harus kami antisipasi dengan strategi khusus. Pelatih mampu melakukannya,”
Dia mengatakan bahwa suara Freddy Muli, pelatih PSMS, habis karena harus berteriak sepanjang pertandingan. Karena itu, Freddy tidak bisa mewakili tim. ”Wasit dalam pertandingan ini cukup bagus dan kami yakin bisa menjadi juara kalau kondisi seperti ini terus bertahan,” terang Randiman. ”Ini juga membuktikan bahwa kualitas pelatih lokal tidak kalah dengan pelatih asing. Selain hari ini, kondisi itu sudah terbukti dalam beberapa tahun lalu,” imbuhnya.

Siapa pun yang menjadi juara Liga Djarum Indonesia (LDI) XIII, PSMS Medan atau Sriwijaya FC, sejarah baru telah tercipta di Wilayah Andalas. Ya, PSMS yang mewakili Sumatera Utara dan Sriwijaya FC dari Sumatera Selatan menjadi tim pertama dari Andalas yang menjadi penguasa baru di orbit Liga Indonesia.

Tidak ada komentar: